Oleh: A. Effendi Sanusi
01. Hidup ini hanya sekali kemudian mati. Jadikanlah hidup yang hanya sekali itu “berarti”.
02. Si Awam bertanya kepada si Bijak. Apakah rahasia kebahagiaan Anda? Si Bijak menjawab, “Saya tahu bahwa rezeki saya tidak akan diambil orang. Oleh karena itu, saya selalu tenang. Saya tahu bahwa Allah senantiasa mengawasi segala tindakanku. Oleh karena itu, saya malu berjumpa dengan-Nya dengan bergelimang dosa. Saya juga tahu bahwa kematian menantiku. Oleh karena itu, saya berusaha mempersiapkan diri dengan bekal kebaikan.”
03. Hidup adalah menanam dan memetik. Jika yang ditanam baik, insya Allah yang dipetik akan baik pula.
04. Masa muda adalah masa yang paling indah dan hanya sekali terjadi. Janganlah ia dinodai dengan sesuatu yang tidak enak dikenang pada masa tua.
05. Dalam kehidupan ini tidak ada yang bisa diandalkan, kecuali diri kita sendiri. Bekalilah diri untuk mengarungi samudra kehidupan yang penuh dengan badai dan gelombangnya ini.
06. Kebahagiaan tidak datang dengan sendirinya. Ia diperoleh karena ditebus dengan penderitaan. Jika Anda tidak sanggup menderita, janganlah memimpikan pantai bahagia.
07. Masa muda belum saatnya untuk tertawa. Andaikan pada masa muda mengumbar tawa, pada masa tua yang tersisa hanyalah deraian air mata.
08. Kesempatan sangat mahal harganya dan sangat jarang dijumpai. Tangkaplah pada saat ia muncul dan genggam erat-erat jangan sampai terlepas. Andaikan terlepas, kesempatan sukar diperoleh kembali.
09. Janganlah belajar atau tugas dijadikan beban, jadikanlah ia ajang rekreasi. Itulah rahasia untuk menghilangkan kejenuhan.
10. Harta tidak selamanya membawa kebahagiaan. Kebahagiaan hanya ada pada orang-orang yang pandai bersyukur. Orang yang bersyukur adalah orang yang bertakwa kepada Tuhan.
11. Harta merupakan sesuatu yang sangat baik dan juga yang sangat kejam. Ia bisa membuat orang lain menjadi saudara, tetapi bisa juga membuat saudara kandung menjadi orang lain. Pandai-pandailah bersikap terhadapnya.
12. Miskin harta bukan miskin namanya. Akan tetapi, miskin ilmu, miskin wawasan, miskin kemauan, miskin perasaan, miskin kasih sayang, dan miskin iman itulah yang sebenar-benarnya miskin.
13. Dalam hal harta, memandanglah ke bawah. Dengan demikian, akan tumbuh rasa syukur. Akan tetapi, dalam hal ilmu atau pangkat, memandanglah ke atas karena hal itu dapat mengikis keangkuhan dan kesombongan.
14. Memiliki uang sangat baik. Akan tetapi, jauh lebih baik jika Anda memiliki sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang.
15. Memulai sesuatu dengan baik sangat penting. Akan tetapi, jauh lebih penting mengakhiri sesuatu dengan baik.
16. Orang yang baik adalah orang yang selalu berusaha berbuat baik untuk orang lain dan malu menerima kebaikan orang lain.
17. Orang yang baik adalah orang yang tahu diri dan tidak melupakan sejarah.
18. Uang bisa dicari. Akan tetapi, harga diri tidak bisa dibeli dengan uang.
19. Segala yang terjadi dalam kehidupan sulit ditebak. Takdir Allah tidak bisa ditelusuri dengan akal.
20. Wibawa seseorang bukan terletak pada gelar atau pangkat, melainkan terletak pada ilmu dan perilakunya.
21. Hati-hatilah dalam memberikan penilaian. Berbicara tentang nilai berarti berbicara tentang nasib seseorang.
22. Sekarang sudah banyak orang yang pintar. Akan tetapi, sangat langka orang yang bijak. Jadilah Anda orang yang langka itu. Orang pintar mengatasi persoalan dengan teori, orang bijak mengatasi persoalan dengan iman dan akal.
23. Kehidupan ini penuh dengan misteri. Agar dapat menggapai sukses, genggamlah berbagai macam misteri kehidupan.
24. Sesuatu yang sudah berlalu biarkanlah berlalu, biarkan ia musnah ditelan waktu. Bukalah lembaran baru. Isi hidup ini dengan cerita-cerita baru dan kisah-kisah yang baru pula. Ingatlah! Sesuatu yang sudah berlalu tidak mungkin berulang. Andaikan ia berulang, bentuk dan suasananya sudah berbeda.
25. Air mata sangat mahal harganya. Jagalah jangan sampai ia menitik tidak pada tempatnya.
26. Adakalanya, kesepian bisa mendatangkan kebahagiaan tersen diri. Pandai-pandailah menyepi. Lebih baik menyendiri, tetapi melakukan sesuatu yang bermanfaat daripada berkumpul untuk menggunjing. Menjauhlah dari orang yang suka menggunjing.
27. Walaupun hancur rasa di hati, di muka janganlah tampak. Ingatlah! Orang bijak adalah orang yang bisa tersenyum dalam menghadapi fitnah dan gunjingan.
28. Berhati-hatilah berkata. Kalau pedang melukai tubuh masih ada harapan untuk sembuh. Akan tetapi, kalau lidah melukai hati, ke mana obat hendak dicari.
29. Membalas kejahatan dengan kebaikan merupakan sesuatu yang sangat berat dilakukan. Akan tetapi, hal itu merupakan salah satu sifat orang bijak dan merupakan perbuatan yang sangat terpuji.
30. Dalam menilai seseorang janganlah hanya melihat sesuatu yang tampak di luar. Adakalanya, kilat tembaga tampak seperti emas dan tidak jarang pula sesuatu yang tampak hitam di luar ternyata putih di dalam.
31. Andaikan Anda menjumpai sesuatu yang “pahit” janganlah cepat-cepat dimuntahkan. Mungkin sesuatu yang “pahit” itu adalah obat. Sebaliknya, andaikan menjumpai sesuatu yang “manis” janganlah cepat-cepat ditelan. Mungkin di balik yang “manis” itu terselip racun berbisa yang dapat mencelakakan.
32. Teman tertawa mudah diperoleh. Akan tetapi, teman mena ngis sukar didapat. Bersahabatlah dengan orang yang sukar didapat itu.
33. Ada dua hal yang perlu diingat dan dua hal pula yang perlu dilupakan. Pertama, ingatlah selalu kebaikan orang lain terhadap kita, tetapi lupakanlah kebaikan kita terhadap orang lain. Kedua, ingatlah selalu kejahatan kita terhadap orang lain, tetapi lupakanlah kejahatan orang lain terhadap kita.
34. Dunia ini aneh adanya; kalau hidup sengsara, sering dihina; kalau hidup senang, sering difitnah. Pandai-pandailah bersikap.
35. Pandai-pandailah merahasiakan sesuatu yang sifatnya patut dirahasiakan. Ingatlah! Kasih teman selagi baik, kasih saudara selagi “ada”, hanya kasih ayah dan bunda yang tiada bertepi.
36. Andaikan terlampau mudah memaafkan orang yang telah “melukai” hati, Anda akan disepelekan orang. Akan tetapi, orang yang tidak mau memaafkan kesalahan orang yang telah meminta maaf adalah orang yang sangat tercela.
37. Kekerasan hati hanya dapat diluluhkan dengan kelembutan. Jika “keras” berjumpa dengan “keras”, api yang akan timbul.
38. Perlakukanlah dengan baik orang yang telah “melukai” hati Anda. Suatu saat niscaya ia akan meminta maaf.
39. Jika datang ke suatu tempat, datanglah dengan baik-baik dan jika akan berpisah, tinggalkanlah sesuatu yang indah untuk dikenang.
40. Hati-hatilah berkata. Jika kata melukai hati meskipun sembuh akan tetap berbekas.
41. Hati-hatilah bicara. Rangkaian kata yang diungkapkan akan menunjukkan siapa Anda sebenarnya.
42. Janganlah sekali-kali melupakan sejarah (jasmerah). Andaikan “sudah memakai sepatu”, janganlah melupakan “rumput di bumi”.
43. Di dunia ini tidak ada orang yang senang melihat kita hidup bahagia, kecuali ayah dan bunda yang melahirkan kita. Pandai-pandailah berbakti kepada mereka. Ingatlah! Ridho Allah berkat ridho orang tua dan murka Allah karena murka orang tua jua.
44. Dalam melakukan sesuatu, usahakan agar orang “terpukau” melihat hasilnya. Andaikan tidak bisa, usahakan agar hasilnya tidak mengecewakan.
45. Memberikan nasihat kepada orang yang “sedang tidur” merupakan perbuatan yang sia-sia. Akan tetapi, andaikan bisa “membangunkan orang yang sedang tidur”, tindakan Anda akan dikenang sepanjang masa.
46. Janganlah sekali-kali melangkah sebelum jelas titik yang akan dituju. Melangkah tanpa tujuan yang jelas sama halnya dengan orang gila.
47. Dalam segala hal, jangan tanggung-tanggung. Gantungkanlah cita-cita setinggi bintang di langit dan usahakan semaksimal mungkin untuk menggapainya. Akan tetapi, janganlah lupa bahwa takdir Allah di atas segalanya.
48. Pandai-pandailah bersahabat dengan waktu karena keberhasilan hidup banyak bergantung padanya.
49. Berlakulah adil terhadap waktu: waktu untuk Allah, waktu untuk diri sendiri, waktu untuk belajar, waktu untuk karier, waktu untuk keluarga, dan waktu untuk masyarakat.
50. Andaikan ingin menjadi pendidik yang baik, jadilah Anda pendidik yang dibenci siswa.
51. Dalam belajar janganlah melihat siapa yang mengajar, tetapi simaklah sesuatu yang diajarkannya. Kebenaran itu tetap kebenaran jua namanya meskipun ia keluar dari mulut pengemis buta.
52. Kegagalan merupakan awal keberhasilan. Tiada keberhasilan tanpa pengorbanan. Orang yang berhasil adalah orang yang tidak mengenal putusasa. Putusasa hanya ada pada orang-orang yang tidak beriman.
53. Pandai-pandailah bersikap dalam bermasyarakat. Ingatlah! Semakin banyak orang yang senang pada Anda, semakin banyak pula orang yang benci. Hal itu merupakan sunnatullah.
54. Hati-hatilah berjanji karena janji merupakan ukuran keluhuran budi.
55. Dalam menerima janji janganlah terpukau pada kata yang diucapkan. Akan tetapi, tataplah apa yang matanya pancarkan. Ingatlah bahwa bahasa hati lebih dapat dipercaya daripada bahasa lisan.
56. Berkata jujur memerlukan keberanian. Adakalanya, kejujuran tidak menyenangkan orang.
57. Tidak selamanya “keterbukaan” berakhir dengan baik. Akan tetapi, sejelek-jelek “keterbukaan” masih jauh lebih baik daripada menyembunyikan sesuatu yang “hitam”.
58. Di samping kelebihannya, setiap orang memiliki kelemahan. Jika ingin “menguasai” seseorang, temukan kelemahannya kemudian genggam erat-erat.
59. Hakikat keberanian bukanlah berani berkelahi, melainkan berani mengemukakan kebenaran meskipun harus menentang arus dan banyak risiko.
60. Dalam memberikan keputusan, janganlah kaku. Ingatlah, keputusan Allah pun masih ada kecualinya.
61. Cinta itu suci, dimiliki oleh setiap orang, dan merupakan sesuatu yang asasi. Ia tidak bisa dibeli dengan uang, tidak bisa ditukar dengan harta, dan tidak bisa dipaksakan. Janganlah sekali-kali mencampuri urusan percintaan seseorang.
62. Habiskan seluruh waktu Anda untuk bercinta: cinta kepada Allah, cinta kepada diri sendiri, cinta kepada keluarga, cinta kepada masyarakat, cinta kepada bangsa, cinta kepada tanah air, dan cinta kepada sesama makhluk.
63. Mencintai seseorang bukan berarti harus memiliki. Belum sempurna iman seseorang jika ia belum dapat mencintai sesamanya seperti ia mencintai dirinya sendiri.
64. Janganlah terpukau dengan kemewahan yang dimiliki. Ingatlah! Maut, jodoh, dan rezeki, berada dalam genggaman Allah. Hari ini Anda tertawa karena berjumpa dengan suka. Siapa tahu hari esok menitikkan air mata karena berjumpa dengan duka. Dalam segala keadaan, jangan lupakan Allah.
65. Guru yang baik adalah guru yang selalu berusaha agar muridnya lebih pandai dan lebih berhasil daripadanya.
66. Ingatlah! Di balik keberhasilan yang diraih, terselip tetesan keringat guru Anda. Ilmu yang dimiliki tidak akan berkah jika durhaka kepada mereka.
67. Tidak selamanya jalan kehidupan yang ditempuh mulus. Adakalanya kita berjumpa dengan jalan yang enak dilalui, laksana jalan raya terhampar bunga di kiri-kanannya, harum semerbak di mana-mana. Akan tetapi, adakalanya kita bertemu dengan jalan yang bergelombang, jurang yang dalam, dan tebing yang terjal. Adakalanya kita tertawa terkekeh-kekeh karena berjumpa dengan suka, tetapi adakalanya kita menitikkan air mata karena bertemu dengan duka. Hal itu merupakan sesuatu yang dialami oleh setiap orang dan itulah romantika hidup. Andaikan terjerumus ke lembah duka, cepat bangkit dan berusahalah untuk tersenyum. Ingatlah, tangis tidak dapat menyelesaikan permasalahan. Mintalah petunjuk kepada Allah, istiqfar, dan berusahalah dengan sabar. Allah sangat menyayangi orang-orang yang sabar.
68. Tiada kesulitan yang tiada berakhir, tiada penderitaan yang tiada berujung. Usahakanlah agar dapat keluar dari kesulitan dan penderitaan tanpa meninggalkan sesuatu yang tidak enak untuk dikenang.
69. Kecewa merupakan sesuatu yang sangat menyakitkan. Andaikan tidak bisa membuat orang bahagia, usahakanlah agar tidak membuat kecewa.
70. Orang yang bisa tersenyum pada saat ia dihempaskan oleh “badai penderitaan”, itulah yang dinamakan orang beriman.
71. Hancur badan dikalang tanah, budi baik terkenang jua. Taburkanlah budi baik sebanyak mungkin, niscaya Anda akan tetap dikenang meskipun telah tiada.
72. Janganlah gentar terhadap gunjingan orang. Emas tetap emas namanya meskipun ia terbenam di lumpur.
73. Jika ingin menggapai sukses, pandai-pandailah mengantisipasi segala kemungkinan yang bakal terjadi.
74. Kepercayaan tidak ternilai harganya dan jarang dijumpai. Jika mendapat kepercayaan, rawatlah baik-baik agar tidak sirna ditelan tamak dan khianat.
75. Sepanjang kepercayaan tidak lagi bersemi di hati, takkan pernah ada damai bersenandung.
76. Berawal dari manisnya kata, kadangkala orang hanyut dan terdampar di muara duka.
77. Kemuliaan seseorang bukan karena mendapat sesuatu, melainkan karena memberi sesuatu.
78. Kemuliaan tidak melekat pada gelar, jabatan, atau pakaian, tetapi pada akhlak.
79. Penghargaan atau pujian adalah suatu ujian. Orang memuji karena kekurangan kita ditutupi Allah.
80. Hati-hati bertindak. Orang sering berkesimpulan dari sesuatu yang dilihat, bukan dari sesuatu yang ada di hati.
81. Allah tidak melihat jazad, tetapi melihat hati. Cara agar rendah hati: jangan pernah beranggapan bahwa orang lain lebih rendah daripada kita.
82. Berduka karena ditimpa musibah adalah hal yang wajar. Akan tetapi, jika larut dalam duka artinya “menentang takdir”.
83. Bertakwalah kepada Allah dan berbaktilah kepada orang tua. Ingatlah! Orang yang pertama kali menyayangi Anda adalah orang tua. Sejak Anda dikenangkan terjadi, mereka telah mencucurkan kasih sayangnya. Ridho Allah berkat ridho orang tua dan murka Allah karena murka orang tua jua.
84. Sudah ditakdirkan Allah bahwa orang tua menjadi “muara duka” para anaknya.
85. Jadikanlah pernikahan Anda menjadi tempat berlabuh dua buah hati yang damai. Ingatlah! Yang menikah Anda berdua, tetapi pada hakikatnya yang kawin adalah dua keluarga besar. Janganlah dinodai hubungan dua keluarga besar yang sudah terjalin.
86. Renungan sang suami:
Istri yang Anda nikahi tidaklah semulia Siti Khodijah, tidaklah setakwa Aisyah, tidak setabah Fatimah, dan tidak pula sepatuh Mutiah. Istri Anda hanyalah seorang wanita akhir zaman yang mempunyai cita-cita menjadi soleha.
Pernikahan akan melahirkan kewajiban bersama:
Istri menjadi tanah, Andalah langit penaungnya.
Istri menjadi ladang tanaman, Andalah pemagarnya.
Istri menjadi murid, Andalah mursyidnya.
Istri bagaikan anak kecil, Andalah tempat bermanjanya.
Saat istri menjadi madu, teguklah sepuasnya.
Saat istri menjadi racun, Andalah penawar bisanya.
Andaikan istri tulang yang bengkok, hati-hatilah meluruskannya. Karena memiliki istri yang tidak sehebat mana, justru membuat Anda tersentak dari alpa.
87. Renungan sang istri:
Suami yang Anda miliki tidaklah semulia Muhammad saw., tidaklah setakwa Ibrahim, tidaklah sesabar Ayub ataupun segagah Musa, apalagi setampan Yusuf. Suami Anda adalah pria akhir zaman yang punya cita-cita membentuk keturunan yang saleh.
Pernikahan melahirkan kewajiban bersama:
Suami menjadi pelindung, Anda penghuninya.
Suami menjadi nakhkoda, Anda nafigatornya.
Suami bagaikan balita nakal, Anda penuntun kenakalannya.
Saat suami menjadi raja, nikmati anggur singgasananya.
Saat suami menjadi bisa, Andalah penawarnya.
Andaikan suami masinis yang lancang, sabarlah memperingatinya.
Anda bukanlah Siti Khodijah yang begitu sempurna dalam menjaga, juga bukanlah Siti Hajar yang begitu setia dalam sengsara. Anda hanyalah istri akhir zaman yang berusaha menjadi istri soleha. Pernikahan mengisyaratkan perlunya iman dan takwa, untuk belajar meniti sabar dan ridho Allah swt.
88. Perempuan berasal dari tulang rusuk. Pandai-pandailah menempanya. Andaikan dibiarkan menurut maunya, ia bengkok. Jika dikerasi, ia patah.
89. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Menangislah pada saat perpisahan andaikan pada saat pertemuan, Anda tidak bisa menciptakan sesuatu yang indah untuk dikenang.
90. Buku adalah gudang ilmu. Membaca adalah kuncinya.
91. Membaca tanpa dapat mengungkapkan sesuatu yang dibaca sama halnya dengan tidak berbuat apa-apa.
92. Hati-hatilah menulis. Tulisan Anda akan menunjukkan siapa Anda sebenarnya.
93. Jika tidak mampu hidup seperti beringin yang kokoh kuat, jadilah Anda belukar, tetapi belukar yang menyuburkan tanah.
94. Jika tidak mampu hidup seperti jalan raya beraspal, jadilah Anda jalan setapak, tetapi jalan setapak yang menuju mata air
95. Jangan sekali-kali meminta buah mangga kepada pohon rambutan, tetapi jadikanlah setiap pohon menghasilkan buah yang manis.
96. Jika Anda ingin sukses, dirikanlah rumah di puncak gunung berapi.
97. Hidup adalah berjuang. Perjuangan memerlukan pengorbanan. Jika Anda tidak sanggup berkorban, janganlah berjuang. Jika Anda tidak mau berjuang, berhentilah hidup.
*